Gak Ada Masalah Dalam Kehidupan
Bosen….Bosen…Bosen…Liat tivi isinya Jupe mulu. Sumpah bozen banget!!! Mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi, yang namanya Jupe tuch nongol mulu di tivi. Sapa sich Jupe??? Jupe tuch Julia Perez. Masa berantem ama suaminya (Demian Perez) kuk lewat media. Dasar dudul tuch orang. Suaminya juga gitu, dudul juga. Kenapa gak diselesain baik-baik. Ketemu, langsung trus ngomong githu. Duduk bareng dalam satu ruangan (*Bukan dalam satu kursi loch). Udah ah, aku kuk jadi nggosip… Kayak bapak-bapak dikantor ku aja, kerjaanya cuma ngegosip sambil buka-buka file excel (*Biar kliatan kerja kalo da bos liat).
*Openingnya kuk Jupe ya…., gpp lah, biar lebih hot bacanya….
Nyambung sich sebenarnya ama apa yang akan aku tulis dalam artikel kali ini. Rasa marah seseorang memang “susah” dikendalikan. Ada yang pernah bilang, marah adalah sebuah perasaan yang terpendam dan suatu saat bisa meledak ketika orang tersebut dalam keadaan yang tidak nyaman. (*Bener gak sich??). Tak dapat dipungkiri, rasa marah memang sudah menjadi sesuatu bawaan dalam diri setiap orang. Mau gak mau rasa itu memang sudah ada dalam kodrat manusia (*Gak boleh protes loch..). Marah bisa diakibatkan dalam berbagai hal dan sebab. Misalnya saja, marah karena di marahi ama bos, marah karena ditolak calon pasangan (*Cewek ato cowok), marah karena di tilang polisi dan mungkin bahkan marah ama pasangan kita (*Klo dah merit loh….).
Bisa aku bilang, marah tuch awal dari kemesraan (*Kok bisa yak……). Gak susah kok ngadepin marah. Kita boleh marah semarah-marahnya, tapi jangan tunjukin ke orang lain. Cukup kita sendiri yang merasakan. Bingung gak?? Gini loch. Marah tuch wajar dan kodrat manusia emang harus marah dalam kondisi tertekan. Tapi, jangan jadikan marah sebagai alasan Anda untuk berbuat yang “tidak” wajar. Jadikan marah Anda untuk membangun kedepan dalam sebuah masalah yang timbul. Misalnya saja sebuah kasus yang terjadi pada sebuah keluarga kecil :
Dalam sebuah rumah tangga, gak mungkin berjalan 100% tanpa masalah. Suatu saat pasti akan timbul sebuah masalah. Entah itu masalah kecil, sedang atau bahkan masalah yang besar (*Like Julia Perez). Sebagai contoh, Seorang suami yang sedang bekerja seharian dikantor, banyak masalah dan kerjaan gak selesai hari itu. Akhirnya sang suami pulang agak telat. Malam itu dia pulang jam 19.30 (Biasanya sich jam 17.00). Begitu sampai rumah, sang istri duduk santai-santai didepan tivi. Ketika suami buka pintu, bukannya senyum yang lempar istri, tapi sebuah celetukan yang keluar “dari mana Pa? jam sgini kuk baru datang???” (*pake nada tinggi 8 oktaf dengan ketukan 4 kali 4). Dengar kalimat itu, sang suami malah naek pitam (*maksudnya apa ya pitam??). “Kamu ini, Papa pulang jam sgini demi mama juga, cang cing cong cang cing cong….. udah ah Papa capek!!!!!”. Sambil membanting tas yang berisi laptop (*Sayaang ya……kasih ke aku aja om..), sang suami menuju ke kamar dan membanting pintu kamar *Gubrakkkkkkk. Dari luar kamar sang istri pun gak mau diem. Dia ngomel cing cang cing cong cing cang cing cong gak jelas. Mereka akhirnya berantem malam itu. *Endingnya gimana, tebak aja sendiri ya…..
Disini, aku gak akan membahas masalah ending dari potongan cerita tersebut. Tapi mari kita sama-sama menela’ah, apa sich sebenarnya yang menjadi masalah sampai mengakibatkan sebuah keluarga bisa cek cok kayak tadi???
Sebenarnya gak ada masalah dalam cerita keluarga diatas tadi. Sebanarnya sang suami sudah telpon sebelumnya ke sang istri kalo dia akan pulang malam, tapi sang istri tidak percaya kalo dia pulang malam karena pekerjaan. Mungkin karena “hal” lain. Ini lah yang menjadi penyebab ketidakharmonisan sebuah keluarga. Kedua, gak rugi kok kalo sang istri senyum ketika sang suami pulang dalam keadaan capek berat. Apa sich ruginya kalo senyum cuma 5 detik aja ke suami?? Gak rugi kan? Ketiga, dalam keadaan capek, emosi sang suami tentunya akan tinggi jika ada sesuatu yang menyeletuk. Nah, emosi ini yang juga menjadi penyebab ketidakharmonisan sebuah keluarga. Ke empat, apa sich untungnya banting-banting laptop??? (*Sayang om, kasih ke aku aja yak kalo marah lagi). Apalagi membanting pintu… Yang terakhir, apa sich untungnya cang cing cong cang cing cong gak jelas…(*biasanya ngomongin kejelekan pasangan).
So, ada beberapa hal yang dapat diambil disini.
1. Kepercayaan, sebuah kata yang menjadi dasar membangun sebuah keluarga. Jangan sampai Anda dan pasangan Anda saling tidak percaya. Jangan sampai menyembunyikan sesuatu yang nantinya bisa menjadi “momok” bagi Anda. Ungkapkan dengan hati kepada pasangan Anda apa yang saat ini Anda rasakan, apa yang menjadi ganjalan hati. Ungkapkan semuanya…. Aku yakin, pasangan Anda akan tambah sayang jika Anda “jujur” apapun itu.
2. Senyum, budayakan senyum pada orang-orang yang Anda cintai. Jika sang istri tadi senyum ketika sang suami masuk rumah, Aku yakin sang suami pasti akan senang hatinya. Sang istri dirumah ternyata sedang menunggu dengan rasa kangen yang menggunung. Bisa bayangkan kan jika sepasang suami istri sudah saling senyum dan kangen-kangenan???
3. Kontrol Emosi, memang tidak mudah seseorang kalo lagi emosi bisa bicara tenang. Nah disinilah Anda diuji dengan ujian yang sangat berat. Tapi percayalah, Tuhan gak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan. Aku sendiri kadang juga masih susah untuk kontrol emosi. Biasakan menarik nafas dalam-dalam dan buanglah. Abis itu jangan bicara apapun. Minta ijin ke pasangan Anda untuk sejenak menenangkan pikiran. Sekiranya udah tenang, baru bicara dengan pasangan Anda. Jika kasusnya pasangan Anda yang marah-marah atau lagi emosi, maka Anda jangan ikut-ikutan emosi. Inget, api jika dilawan dengan api, maka akan tambah panas. Jangan anda berpedoman pada hukum matematika, minus kalo di kali minus hasilnya akan plus. Salah besar itu.. Jika pasangan Anda marah, maka tugas Anda adalah membuat dia tenang. Caranya gmn??? Gampang banget. Dekati dia, kasih jurus-jurus maut (*Pingin tahu caranya, hubungi aku ja biar lebih jelas).
4. Jangan biasakan berbuat anarkis, membanting tas, membanting pintu dan membanting-banting lainnya, bisa aku katakan tidak ada untungnya. Gak akan selesai masalah hanya dengan membanting tas atau pintu. Bener ga’?? Pikirkan itu…..
5. Jangan ngomongin kesalahan dimasa lalu, Inget-inget kategori terakhir ini. Kesalahan masa lalu harus di close secepat mungkin. Jangan perbah diungkit-ungkit lagi apapun kondisinya. Kalo Anda mengungkit-ungkit masa lalu, aku yakin, gak akan pernah selesai tuch masalah. Jadi, hindari kalimat cang cing cong cang cing cong itu.
Satu lagi, ada kalimat yang bagus banget yang aku ambil dari orang yang selama ini dekat dengan aku “Jangan pernah membawa masalah ke hari berikutnya, selesaikan pada hari itu juga”.
SELAMAT MENCOBA….…
*Openingnya kuk Jupe ya…., gpp lah, biar lebih hot bacanya….
Nyambung sich sebenarnya ama apa yang akan aku tulis dalam artikel kali ini. Rasa marah seseorang memang “susah” dikendalikan. Ada yang pernah bilang, marah adalah sebuah perasaan yang terpendam dan suatu saat bisa meledak ketika orang tersebut dalam keadaan yang tidak nyaman. (*Bener gak sich??). Tak dapat dipungkiri, rasa marah memang sudah menjadi sesuatu bawaan dalam diri setiap orang. Mau gak mau rasa itu memang sudah ada dalam kodrat manusia (*Gak boleh protes loch..). Marah bisa diakibatkan dalam berbagai hal dan sebab. Misalnya saja, marah karena di marahi ama bos, marah karena ditolak calon pasangan (*Cewek ato cowok), marah karena di tilang polisi dan mungkin bahkan marah ama pasangan kita (*Klo dah merit loh….).
Bisa aku bilang, marah tuch awal dari kemesraan (*Kok bisa yak……). Gak susah kok ngadepin marah. Kita boleh marah semarah-marahnya, tapi jangan tunjukin ke orang lain. Cukup kita sendiri yang merasakan. Bingung gak?? Gini loch. Marah tuch wajar dan kodrat manusia emang harus marah dalam kondisi tertekan. Tapi, jangan jadikan marah sebagai alasan Anda untuk berbuat yang “tidak” wajar. Jadikan marah Anda untuk membangun kedepan dalam sebuah masalah yang timbul. Misalnya saja sebuah kasus yang terjadi pada sebuah keluarga kecil :
Dalam sebuah rumah tangga, gak mungkin berjalan 100% tanpa masalah. Suatu saat pasti akan timbul sebuah masalah. Entah itu masalah kecil, sedang atau bahkan masalah yang besar (*Like Julia Perez). Sebagai contoh, Seorang suami yang sedang bekerja seharian dikantor, banyak masalah dan kerjaan gak selesai hari itu. Akhirnya sang suami pulang agak telat. Malam itu dia pulang jam 19.30 (Biasanya sich jam 17.00). Begitu sampai rumah, sang istri duduk santai-santai didepan tivi. Ketika suami buka pintu, bukannya senyum yang lempar istri, tapi sebuah celetukan yang keluar “dari mana Pa? jam sgini kuk baru datang???” (*pake nada tinggi 8 oktaf dengan ketukan 4 kali 4). Dengar kalimat itu, sang suami malah naek pitam (*maksudnya apa ya pitam??). “Kamu ini, Papa pulang jam sgini demi mama juga, cang cing cong cang cing cong….. udah ah Papa capek!!!!!”. Sambil membanting tas yang berisi laptop (*Sayaang ya……kasih ke aku aja om..), sang suami menuju ke kamar dan membanting pintu kamar *Gubrakkkkkkk. Dari luar kamar sang istri pun gak mau diem. Dia ngomel cing cang cing cong cing cang cing cong gak jelas. Mereka akhirnya berantem malam itu. *Endingnya gimana, tebak aja sendiri ya…..
Disini, aku gak akan membahas masalah ending dari potongan cerita tersebut. Tapi mari kita sama-sama menela’ah, apa sich sebenarnya yang menjadi masalah sampai mengakibatkan sebuah keluarga bisa cek cok kayak tadi???
Sebenarnya gak ada masalah dalam cerita keluarga diatas tadi. Sebanarnya sang suami sudah telpon sebelumnya ke sang istri kalo dia akan pulang malam, tapi sang istri tidak percaya kalo dia pulang malam karena pekerjaan. Mungkin karena “hal” lain. Ini lah yang menjadi penyebab ketidakharmonisan sebuah keluarga. Kedua, gak rugi kok kalo sang istri senyum ketika sang suami pulang dalam keadaan capek berat. Apa sich ruginya kalo senyum cuma 5 detik aja ke suami?? Gak rugi kan? Ketiga, dalam keadaan capek, emosi sang suami tentunya akan tinggi jika ada sesuatu yang menyeletuk. Nah, emosi ini yang juga menjadi penyebab ketidakharmonisan sebuah keluarga. Ke empat, apa sich untungnya banting-banting laptop??? (*Sayang om, kasih ke aku aja yak kalo marah lagi). Apalagi membanting pintu… Yang terakhir, apa sich untungnya cang cing cong cang cing cong gak jelas…(*biasanya ngomongin kejelekan pasangan).
So, ada beberapa hal yang dapat diambil disini.
1. Kepercayaan, sebuah kata yang menjadi dasar membangun sebuah keluarga. Jangan sampai Anda dan pasangan Anda saling tidak percaya. Jangan sampai menyembunyikan sesuatu yang nantinya bisa menjadi “momok” bagi Anda. Ungkapkan dengan hati kepada pasangan Anda apa yang saat ini Anda rasakan, apa yang menjadi ganjalan hati. Ungkapkan semuanya…. Aku yakin, pasangan Anda akan tambah sayang jika Anda “jujur” apapun itu.
2. Senyum, budayakan senyum pada orang-orang yang Anda cintai. Jika sang istri tadi senyum ketika sang suami masuk rumah, Aku yakin sang suami pasti akan senang hatinya. Sang istri dirumah ternyata sedang menunggu dengan rasa kangen yang menggunung. Bisa bayangkan kan jika sepasang suami istri sudah saling senyum dan kangen-kangenan???
3. Kontrol Emosi, memang tidak mudah seseorang kalo lagi emosi bisa bicara tenang. Nah disinilah Anda diuji dengan ujian yang sangat berat. Tapi percayalah, Tuhan gak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan. Aku sendiri kadang juga masih susah untuk kontrol emosi. Biasakan menarik nafas dalam-dalam dan buanglah. Abis itu jangan bicara apapun. Minta ijin ke pasangan Anda untuk sejenak menenangkan pikiran. Sekiranya udah tenang, baru bicara dengan pasangan Anda. Jika kasusnya pasangan Anda yang marah-marah atau lagi emosi, maka Anda jangan ikut-ikutan emosi. Inget, api jika dilawan dengan api, maka akan tambah panas. Jangan anda berpedoman pada hukum matematika, minus kalo di kali minus hasilnya akan plus. Salah besar itu.. Jika pasangan Anda marah, maka tugas Anda adalah membuat dia tenang. Caranya gmn??? Gampang banget. Dekati dia, kasih jurus-jurus maut (*Pingin tahu caranya, hubungi aku ja biar lebih jelas).
4. Jangan biasakan berbuat anarkis, membanting tas, membanting pintu dan membanting-banting lainnya, bisa aku katakan tidak ada untungnya. Gak akan selesai masalah hanya dengan membanting tas atau pintu. Bener ga’?? Pikirkan itu…..
5. Jangan ngomongin kesalahan dimasa lalu, Inget-inget kategori terakhir ini. Kesalahan masa lalu harus di close secepat mungkin. Jangan perbah diungkit-ungkit lagi apapun kondisinya. Kalo Anda mengungkit-ungkit masa lalu, aku yakin, gak akan pernah selesai tuch masalah. Jadi, hindari kalimat cang cing cong cang cing cong itu.
Satu lagi, ada kalimat yang bagus banget yang aku ambil dari orang yang selama ini dekat dengan aku “Jangan pernah membawa masalah ke hari berikutnya, selesaikan pada hari itu juga”.
SELAMAT MENCOBA….…
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home