Inspirasi Hidup Seorang Penulis Tertuang dalam Blog Ini. So, Don't Miss It....

April 27, 2009

Misteri Uang Lima Ribu Rupiah….

Sembilan Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Sembilan Rupiah (*Coba tulis pake angka, abis itu translate ke English, mati gak loch). Ada apa dengan angka tersebut? Apa kata mama Laurent tentang angka itu?? (*tanya aja ama mama Laurent, ketik Reg Ramal kirim ke 6288 ). Gak penting sich sebenarnya angka tersebut, tapi disini aku akan mencoba untuk mengexploitasinya (*Walah…bahasa apa itu). Uang, dalam ilmu ekonomi dibagi menjadi dua bagian yaitu nilai nominal dan nilai intrinsik (*bener gak sich?? ) Kalo salah mohon diralat Pak Kukuh (*Guru SMP ku dulu di daerah Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jatim Indonesia yang masih masuk dalam kawasan Planet bumi). Nilai Intrinsik itu adalah nilai pembuat bahan baku yang digunakan untuk membuat uang tersebut. Di Indonesia nilai intrinsic ada dua macam, yaitu logam dan kertas. Nilai intrinsic di Indonesia masih dibilang cukup tinggi. Antara Logam ama Kertas nilai intrinsiknya masih tinggian Logam. Nah, berpengalaman dari hal ini dan saking kreatifnya orang-orang Indonesia, maka uang logam yag notabene bernilai nominal kecil disulap menjadi yang lebih berarti (*Kok bisa yach??) *Ini akan dibahas dalam postingan selanjutnya, tunggu aja yach….
Kali ini aku akan fokus untuk nilai nominal aja. Sadar dan gak sadar dan tahu gak tahu, orang hidup didunia hanya untuk mengumpulkan uang. BulSit jika ada orang yang bilang kerja hanya cari pangalaman (*Dimana-mana orang kerja tuch dari duit). Ada pengalaman yang mengharukan yang pernah aku alami dalam dunia per uang an.
D’Matarmaja Train
Sore itu aku udah ada di station Senen, JakPus (*halah paling gak tahu). Kereta yang kearah jatim udah pada berangkat (*Yang ekonomi maksud nya, kalo bisnis ato Exe mana kebeli..), tinggal satu kereta “Matarmaja” jurusan Djakarta – Malang. Aku langsung naek kreta itu dan eit..lupa gak beli tiket. Trus aku turun di station Jatinegara and sempetin beli tiket dengan harga 45,000. Bis bli tiket, praktis duitku tinggal GoCeng (*Goceng itu lima ribu). Waduh..ii is weri-weri D’njeres. Djakarta – Nganjuk kan masih jauh. Apakah aku tidak makan atau minum di kereta?? Glodak…. Mau gak mau aku harus pulang hari itu juga karena harus selesaiin administrasi di kampus PENS ITS Surabaya,. Aku ke Djakarta ini untuk tes di tempat kerjaku yang sekarang aku tempatin.
Alkisah, kereta udah berangkat dan Alhamdulillah aku dapat duduk juga meskipun berdesak-desakan. Sebelah kanan ku cewek yang berusia sekitar 60an tahun (*bisa dibayangin lah betapa cantiknya tuch nenek-nenek). Sebelah kiriku seorang bapak-bapak yang usianya 50an tahun. Aku terjepit diantara orang-orang yang udah tidak muda lagi. Depan ku berjajar 3 wanita, 45tahun, 50 tahun dan cucunya nenek tadi 12 tahun. Alhasil, aku ngobrol-ngbrol ama mereka dengan bahasa-bahasa yang agak “Tuaan” githu.
Aku teringat uangku sisa 5,000 rupiah. Tiap kali lewat orang jualan minum, aku pasti nelen ludah (*Glegeg…Hiii..hi…). gak berapa lama, orang jualan makanan (*Aduh..sabar yang bung lambung, kamu harus puasa malam ini). Dengan keteguhan hati dan bertampang melas, akhirnya ibu-ibu didepan ku tadi nawarin makanan. “Ni mas makanan, makan aja, saya lihat mas gak makan apa-apa dari tadi!!”, kata ibu didepanku persis. Hiahahah….makanan….. Dengan pura-pura malu, “Gak usah bu’, makasih” (*Padahal penuh harap sebenarnya). Gpp mas, ntar laper loch. Won don won, akhirnya aku santap juga dech tuch makanan. Ehm..lumayan bisa buat ganjel perut. Sepanjang perjalanan dengan perut kosong ternyata gak enak, laper…. Perasaan was was.. Uang tinggal 5,000 rupiah. Aku sayang tuch uang, aku tengokin setiap 5 menit sekali. Aku berharap uang tersebut bisa jadi 10x lipat (*Berhayal dikit gpp lah, itung-itung nyeneningin hati.). 5,000 rupiah sungguh engkau berharga bagiku, kamu akan aku simpan sampai saatnya nanti aku membutuhkanmu. Aku jaga tuch uang, aku simpan rapat-rapat. Sesekali aku berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Begini doanya, “Ya Allah, semoga Engkau mempercepat Laju Kereta Api ini dan aku mohon dengan hormat dan sangat Engkau mempercepat juga datangnya pagi.. Amiiinnn”. Loch, apa hubungannya uang 5,000 rupiah dengan pagi hari?? Analoginya, kalo pagi udah tiba, maka dapat dipastikan kalo kereta api tersebut sudah deket dengan kampoeng halamanku, Nganjuk kota angin kota tercinta.
Yang jadi pertanyaan sekarang, kenapa uang 5,000 rupiah itu aku sisain dan aku simpen sedemikian rapatnya??? (*5,000 aja kuk dibanggain!!). Gak lain dan gak bukan adalah karena uang tersebut aku gunain untuk naek angkot dari Statiun Nganjuk ke rumahku yang notabene sekali naek tarifnya 5,000 rupiah. Nah, kalo kurang dikit aja, bisa-bisa aku turun sebelum sampai rumah (*Dieng…jalan dunk..). Nyesek banget dech Dot…Dodot… Sungguh malang nasibmu (*Kikkk..kik…). Makanya, sayangi tuch uang kalian, jangan dihambur-hamburkan. Sisain buat keperluan suddenly (*mendadak maksud’e). Dan inget pepatah lama mengatakan “Rajin pangkal Pandai dan Nabung Pangka Kaya”. Dari dua persamaan tersebut dapat disimpulan (*dengan metode Substitusi atau Eliminasi sama saja) bahwa orang yang Rajin Menabung, maka dikemudian hari dia akan menjadi orang yang Pandai nan Kaya” (*Betul gak sich…)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home